Selasa, 18 Januari 2011

KETERKAITAN DAN SALING MEMPENGARUHI DALAM PENCAK SILAT

Sebagai sebuah produk budaya yang lahir, hidup dan berkembang di tengah masyarakat,
pencak silat tidak bisa melepaskan diri dari unsur keterkaitan dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Dalam Tambo Alam Minangkabau yang telah diulas di atas kita menemukan bukti
nyata bahwa pada masa-masa awal pun keterkaitan dan saling mempengaruhi ini sudah ada.
Para pengawal Nini Datu Suri Dirajo berasal dari berbagai macam bangsa dengan ilmu bela diri
masing-masing yang dibawa nya. Silek Minang yang kita kenal saat ini seperti silek tuo, silek
kumango, lintau, sitarlak, dll adalah turunan dari ilmu bela diri yang diwariskan oleh nenek
moyang nya jaman dahulu. Tentu saja sudah tidak dalam bentuk asli nya karena telah terjadi
akulturasi yang demikian sempurna.
Ilmu bela diri dari negeri Cina mempunyai pengaruh yang signifikan dalam perkembangan
selanjutnya. Laksamana Ceng Ho dengan ekspedisi raksasanya membawa sekian banyak
pendekar dan ahli bela diri, ekspansi tentara Majapahit yang dipimpin Gajah Mada ke seluruh
penjuru Nusantara (kecuali kerajaan Sunda yang tidak pernah bisa ditaklukan) tentunya
membawa ratusan bahkan ribuan pendekar. Asimilasi dengan penduduk setempat tentu juga
mempengaruhi bela diri masing-masing.
Maen pukulan Betawi sangat kental pengaruh kuntawnya serta Cimande dan Banten. Contoh
paling menarik adalah Beksi, yang berasal dari pendekar berdarah Cina di Kampung Benteng
Tangerang, Lie Ceng Ok. Beksi adalah akulturasi cantik sebuah seni bela diri. Mustika Kwitang
adalah contoh lain yang menarik di mana nama aliran ini merupakan gabungan dari dua nama
pendekar yang sangat tangguh pada masa nya. Haji Mustika pendekar Betawi, dan Kwee Tang
Kiam, pendekar berdarah Cina. Perguruan silat Tiga Berantai, Si Kilat, Si Pecut, diduga mewarisi
bela diri tentara/pasukan kerajaan Demak.
Cimande adalah satu dari beberapa aliran silat yang sangat terkenal dan mempengaruhi sekian
banyak aliran dan perguruan silat bahkan sampai ke luar negeri. Abah Khair yang dikenal
sebagai pencipta Cimande telah memiliki ilmu bela diri sebelumnya. Akulturasi aliran Cimande
dengan aliran lainnya telah melahirkan berbagai aliran pencak silat, salah satu contoh yang
sangat terkenal adalah Maenpo Cikalong.
Maenpo Cikalong diciptakan oleh Raden Haji Ibrahim Jayaperbata (1819-1906), seorang
bangsawan Cianjur, keturunan dalem Cikundul, Cikalong, Cianjur. Rd. H. Ibrahim adalah
seorang yang sangat berbakat dalam hal bela diri, berbagai aliran penca dipelajarinya, mulai
dari kakak iparnya Raden Ateng Alimudin pendekar Cimande, Bang Ma’ruf pendekar Betawi,
Bang Madi pendekar dari Minang, dan Bang Kari pendekar dari Betawi. Asimilasi dan akulturasi
dari berbagi aliran silat itu melahirkan suatu aliran baru yaitu Maenpo Cikalong.
Beberapa perguruan silat yang sangat terkenal saat ini seperti Setia Hati (Terate, Tunas Muda,
Organisasi) yang didirikan oleh Eyang Suro adalah asimilasi dari berbagai aliran silat yang beliau
pelajari. Demikian pula dengan Keluarga Silat Nasional Perisai Diri yang dibentuk oleh Pak
Dirdjo, adalah hasil dari asimilasi berbagai aliran silat.
Aliran silat Sabandar yang dibawa oleh Mama Kosim (Mohammad Kosim, seorang pendekar dari
Minang, yang kelak lebih dikenal sebagai Mama Sabandar, karena menetap di Kampung
sabandar Cianjur) sangat banyak mempengaruhi perkembangan aliran silat dan perguruan silat
baik di Jawa Barat, Betawi, maupun Jawa Tengah dan Jawa Timur. Nama-nama perguruan
silat seperti PS Aji Rasa Sabandar Kari Madi dan PSP Bandarkarima (sabandar kari madi)
merupakan bukti akan hal itu.
Keterkaitan dan saling mempengaruhi ini mutlak sangat perlu kita sadari untuk menghindari
fanatisme buta yang menganggap bahwa aliran/perguruannya lah yang paling hebat.
Keterkaitan dan saling mempengaruhi ini juga membuktikan bahwa tiap aliran memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan tentu saja di sana ada satu wujud tali
silaturahim para pendahulu kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar